Sabtu, 05 Januari 2013

Matahari dari Tuhan


Yusri Hamzani

Matahari terbit dari sebelah timur dan terbenam di sebelah barat, sebenarnya ini adalah ilmu tersirat dari Tuhan yaitu peradaban itu akan muncul di timur kemudian akan berujung di barat. Apakah benar demikian? Dalam artikel kali ini, saya ingin mengemukakan bagaimana andil dunia timur dalam kemajuan barat sekarang ini.
 Kejayaan Islam di masa lalu bukan karena hanya dilihat dari kemakmuran dan kemegahan istana-istana khalifahnya saja tetapi juga dari tingkat khazanah keilmuannya yang dibukukan dan disimpan dalam ruang perpustakaan yang dikenal dengan nama Baitul Hikmah. Para sejarawan tahu bahwa umat Islam pernah mengalami kejayaan peradaban. Baghdad dan Andalusia (Cordoba) adalah contoh paling nyata kegemilangan tersebut. Kegemilangan tersebut terjadi karena umat Islam mampu membangun tradisi ilmu yang kuat. Dari tradisi ilmu ini kemudian umat Islam mampu tampil menjadi pemimpin peradaban dunia. Dan salah satu tempat tradisi ilmu yang dibangun oleh umat Islam adalah perpustakaan.
Pada masa Abbasiyyah, Baghdad adalah menara ilmu pengetahuan, di sanalah berdiri perpustakaan yang sangat megah dan menjadi kiblat menuntut ilmu pada zaman itu. perpustakaan tersebut dikenal dengan nama Baitul Hikmah. Ini adalah salah satu peradaban yang berilian suatu kebudayaan yang kaya. Sumbangan-sumbangan sama pentingnya bagi Barat, yang pada abad-abad berikutnya mengambil dan memasukkan pengetahuan dan kearifan Islam. Jadi pada zaman Abbasiyyah, kelengkapan Islam jelas terwujud dan terlukiskan sebagai berikut:
Esposito Jhon dalam bukunya Islam Warna Warni menuliskan Islam anak turun Arabia dan Nabi Arabia bukan cuma sistem kepercayaan dan pemujaan. Islam adalah juga sistem negara, masyarakat, hukum, pemikiran dan seni sebuah peradaban dengan agama sebagai pemersatu dan akhirnya faktor yang mendominasi.
Baitul Hikmah pertama kali dibangun oleh Harun Ar-Rasyid. Usaha Ar-Rasyid tersebut kemudian diteruskan oleh anaknya, Al-Makmun. Pada waktu itu, Baitul Hikmah adalah bangunan yang terdiri dari berbagai ruangan. Setiap ruangan terdiri dari tempat buku (khazanah) yang diberi nama sesuai nama pendirinya seperti Khazanah Ar-Rasyid dan Khazanah Al-Makmun. Bangunan yang menyatu dengan istana khalifah itu pun memiliki berbagai divisi. Ada divisi untuk menyimpan buku, menerjemah, mencetak, menulis, menjilid, dan meneliti. Singkatnya, Baitul Hikmah benar-benar menjadi tempat ilmu pengetahuan yang sangat berharga.
Bahkan, dalam perjalanannya, tempat tersebut bukan hanya berupa rumah buku. sebagaimana terjadi pada perpustakaan zaman sekarang, tetapi berubah menjadi universitas. Dari tempat tersebut, lahir berbagai riset dan karya ilmiah yang sangat berharga. Bahkan, tempat tersebut pun menjadi tempat observasi bintang. Baitul Hikmah akhirnya menjadi tempat berkumpul para peneliti, ilmuan, serta pencari ilmu dari berbagai tempat dan berbagai negara. Ibnu Sina, Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Al-Baladzari, dan lain-lain adalah ilmuwan-ilmuwan besar yang meramaikan Baitul Hikmah.
Bahkan Baitul Hikmah kemudian menjadi tempat berkumpulnya bermacam-macam profesi. Dari mulai ilmuwan, tukang cetak, sampai tukang jilid berkumpul di sana. Tentu saja, aktivitas tersebut akan menciptakan sebuah industri. Bahkan, dari sinilah, umat Islam menjadi pencetus industri kertas dan percetakan. Berbagai cabang ilmu filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, sejarah, geografi, musik, ilmu kalam, mantik, kimia, dan lain-lain dipelajari di Baitul Hikmah. Para mahasiswa yang telah mempelajari ilmu-ilmu tersebut dianggap sebagai sarjana yang telah lulus dari Perguruan Tinggi.
Aktivitas penerjemahan dari bahasa-bahasa non-Arab kepada bahasa Arab betul-betul mencapai puncaknya. Berbagai cabang ilmu yang ditulis dalam bahasa Persia, Yunani, dan lain-lain diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dari aktivitas pernerjemahan itulah, karya-karya intelektual banyak diselamatkan. Umat Islam menjadi pemeran utama dalam proses penyelamatan tersebut.
Selain hal-hal di atas, Baitul Hikmah pun berfungsi sebagai tempat untuk berdiskusi dan berdebat. Berbagai cabang ilmu didiskusikan di sana. Bahkan karena banyak non-muslim yang datang, Baitul Hikmah pun menjadi tempat berdebat dan berdiskusi tentang masalah-masalah teologis dalam agama. Seluruh diskusi dan debat tersebut dilakukan dalam iklim yang sangat ilmiah dan toleran.
Ilmu adalah hal yang menyebabkan umat Islam dihormati dan disegani oleh masyarakat dunia. Karena ilmu, umat Islam menjadi umat yang mampu membangun peradaban tinggi. Dan, tempat ilmu paling ideal adalah perpustakaan. Kegiatan yang dilakukan oleh Baitul Hikmah pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit. Terlebih lagi Baitul Hikmah menjadi tempat berkumpulnya para ilmuwan nomor satu.
Devid Levering Lewis dalam bukunya The Greatnes of Andalusis berkata Dari Baitul Hikmah inilah kemudian lahir sarjana-sarjana yang meramaikan ilmu di Barat. Contohnya adalah Al-Kindi mengaku dapat menyelaraskan filsafat Yunani dengan ajran Al-Qur’an. Karyanya Risalah tentang Akal membuatnya meraih kemasyhuran sebagai “filusuf pertama Islam” dan penghormatan dan celaan menurut perasangka teologi sebagai sumber orisinil dari ide-ide Neoplatonik dan Aristotalian yang membanjiri dan mengusik Kristen Barat empat abad kemudian. Aljabar elementer akan tiba di Kordoba dari Baghdad sekitar awal abad ke-9, ketika buku pertama yang berjudul Kitab Al-Jabr wa Al-Muqabalah karya Khawarizmi.
Orang Andalusia menyesuaikan pembelajaran baru dalam ilmu pengetahuan dengan kesigapan tanpa gangguan, sehingga membuka jalan bagi ilmu pengetahuan Muslim untuk meresap ke Kristen Barat. Oleh karenanya pada hakikatnya orang-orang Barat banyak berhutang budi kepada orang-orang Islam karena dengan bantuan para serjana Muslim-lah mereka bisa mengubah peradaban mereka tetapi mereka tidak pernah mau menerima realita ini, mereka tetap bersikeras bahwa para sarjana Muslim hanya batu loncatan karena para sarjana Islam juga belajar kepada filosof-filosof Barat. Padahal tidak semua pengetahuan dari Barat diterima mentah-mentah oleh orang-orang Islam tetapi disaring dan disesuaikan dengan ajaran Al-Qur’an contohnya saja Al-Kindi yang telah kita sebutkan diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar