Jumat, 11 Januari 2013

Pemikiran Washil bin Atha'



M. Sufiyan Hadi

Aliran mutajilah lahir pada masa pemerintahan Bani Umayah. Mutajilah dari kata kerja yakni: “Za’ala, artinya: berpisah. Mereka adalah pengikut dari Abul Husain Wahil bin ‘Atha yang memisahkan diri dari gurunya yang bernama Hasan Basri. Masalah pertama yang menjadikan mereka berpisah dari Hasan Basri ialah maslaah “murtakibil kabirah” yakni memperbincangkan kedudukan orang yang melakukan dosa besar. Persoalan ini muncul pada suatu saat seorang bernama Washil bin ‘Atha berada di majlis kuliah gurunya bernama Hasan. Didalam kesempatan ini Washil berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar adalah yasik, yakni: suatu posisi yang berada diantara dua keadaan: orangg itu bukan mukmin juga bukan kafir.
Salam kaitan ini dijelasakan pula bahwa pada suatu waktu datang seorang menanyakan soal kepada sang guru. Pertanyaan itu ialah: “bila seorang beriman meningal dunia sedangkan ia pernah berbuat dosa besar, maka dimana ia ditempatkan oleh Allah diakhirat nanti? Disurga atau dineraka?
Sang murid mendengar soal itu bangkit dan menjawab manusia yang demikian ditempatkan diantara surga dan neraka, pendapatnya ini berlainan dengan pendapat gurunya karena pendapat ini ia mengasingkan diri dan mengadakan tempat sendiri untuk mengajarkan pengikutnya, oleh karena pengasingan ini ia pun dinamakan “mutajilah” dan alirannya dinamakan mutajilah.
Menurut kaum mutajilah sumber pengetahuan yang paling utama adalah akal. Sedangkan wahyu berfungsi mendukung kebenaran akal. Menurut mereka apabila terjadi pertentangan antara ketetapan akal dan ketentuan wahyu maka yang diutamakan adalah “ketetapan akal”. Adapaun ketentuan wahyu kemudian ditajwilkan sedemikian rupa supaya sesuai dengan ketetapan akal, atas dasar inilah orang berpendapat bahwa timbulnya aliran mutajilah merupakan lahirnya aliran rasionalisme didalam islam.
Penganut aliran mutajilah dijuluki “Ahlut Tauhid wal Adli”sebab aliran ini lebih menonjolkan mengenai ke-Esaan Tuhan dan ke-Adilan Tuhan. Masalah-masalah yang menjadi pemabahasan kaum mutajilah terdiri dari lima pokok dan lima prinsip yakni: Tauhid (ke-Esaan Tuhan); al-Adl (ke-Adilan Tuhan); al-Wa’dul wal wa’td (janji dan nacaman); manzilat dan antara manzilat; dan amarma’ruf nahi munkar. Ingin tahubagaimana kelanjutan bahasan itu? ikuti diskusi AMPIQU Jum'at malam di asrama PTIQ........!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar